News - Seni dapat menjadi media dalam diplomasi budaya. Muatan lokalitas yang diusung dalam karya secara halus justru lebih membenam dalam ingatan.

Film tentu dapat mengambil peran dalam langkah kebudayaan semacam ini. Film yang mengangkat lokalitas mampu memberi dampak luas bagi objek yang digarapnya.

Upaya diplomasi budaya melalui film, salah satunya dilakukan oleh Paniradya Kaistimewan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Lembaga ini bertugas membantu Gubernur DIY melaksanakan penyusunan kebijakan dan fungsi penunjang perencanaan urusan keistimewaan.

Wita Ratri Dewi, Kepala Subbidang Hubungan Antarlembaga dan Penyebarluasan Informasi Paniradya Kaistimewan, menyatakan bahwa lembaganya berusaha menyajikan informasi terkait keistimewaan di DIY. Salah satu jalan yang ditempuh adalah memberikan pendanaan terhadap sineas lokal untuk produksi film bermuatan budaya.

“Film kami digunakan untuk memperkenalkan budaya. Ternyata sambutan masyarakat luas terhadap film [yang diproduksi Paniradya Kaistimewan] sangat antusias,” ujar Wita ketika diwawancarai di Jogja Expo Center (JEC), Rabu (4/12/2024), dalam gelaran JAFF Market.

Melalui pendanaan film, diharapkan kesejahteraan sineas lokal terungkit. Upaya tersebut juga dapat menyadarkan bahwa warga DIY memiliki alternatif lain, di samping memburu lowongan pekerjaan, yang kian lama makin berkurang. Mereka dapat membuka lapangan pekerjaan melalui industri kreatif.

Movie maker dan pemeran dari DIY juga keren, sudah go international. Harapannya, dengan Danais [Dana Keistimewaan] bisa jadi stimulus untuk membangkitkan generasi muda lebih open mind, [bahwa] tidak perlu mencari kerja, tapi membuka lapangan kerja,” ucapnya.

Proses produksi juga diharapkan turut berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat DIY. Terlebih, upaya pelestarian budaya sejalan dengan kebutuhan industri film. “InsyaAllah, sesuai dengan tujuan utama hadirnya keistimewaan, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat,” tandasnya.