News - Seorang kakek terhuyung-huyung dipapah jemaah haji lain yang lebih muda masuk ke dalam bus di Terminal Shib Amir, Selasa siang, 5 Juni 2024. Ia terlihat kelelahan setelah beribadah umrah wajib di Masjidil Haram. Di sisi lain suhu di area Baitullah saat itu mencapai 43 derajat celcius.

Hilman, seorang petugas haji segera menolongnya, mengarahkan si kakek dan jemaahnya menuju bus yang dituju. Di belakang si kakek jemaah lain nampak kegerahan dan kepanasan saat berjalanan keluar Masjidil Haram. Beberapa jemaah terlihat kain ihramnya dibasahi keringat.

Hand spray berisi air pun disemprotkan sejumlah petugas haji.

"Air pak, kalau kepanasan disemprot dulu pak," teriak seorang petugas.

"Saya mas, saya," mendoyongkan mukanya minta disemprot.

"Alhamdulillah, terima kasih, duh panas sekali," kata seorang jemaah.

Sembilan hari lagi puncak musim haji di Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina). Gelombang jemaah haji asal Indonesia pun terus berdatangan. Total saat ini sudah lebih dari 70 persen atau setara 179.840 jemaah tiba di Tanah Suci yang tersebar di 464 kelompok terbang (kloter).

Kepadatan jemaah ini nampak di wilayah-wilayah hotel yang ditempati para jemaah, terutama di lima wilayah: Syisya, Rhaudah, Jarwal, Misfalah dan Rei Bakhsy, juga ramai hilir mudik jemaah Indonesia. Mereka nampak belanja, atau sekadar singgah di kedai-kedai makan atau restoran Indonesia.

Kemudian keluar masuk komplek Masjidil Haram pun bertambah ramai, terutama di dua terminal kedatangan yakni Shib Amir dan Ajiad. Para jemaah nampak kelelahan, terutama yang usianya tidak lagi muda menunggu antrean masuk kendaraan bus Sholawat.

Munuju puncak haji ini, Tanah Suci memang semakin berjubel. Belum lagi jemaah dari seluruh dunia juga mulai berdatangan. Di Masjidil Haram, mereka berduyun-duyun salat fardu dan beribadah umrah sunnah.

Kepala Seksi Lansia PKP3JH, Agus Pribowo, mengatakan kepadatan terjadi seusai salat fardu, terutama maghrib, isya dan subuh.

"Kondisi terkini sudah terpantau sangat padat. Terlebih pada saat bubaran jam-jam salat fardu, khususnya di bubaran salat maghrib dan isya, serta subuh itu terpantau padat," kata Agus, Selasa (05/06/2024).

Hal itu menyebabkan banyak jemaah mengantre di Syib Amir menunggu bus Sholawat. Karenanya, banyak jemaah yang kelelahan. Selain itu, banyak ditemukan juga jemaah saat melakukan umrah wajib atau sunnah mengalami kram kaki, betis, dan lutut yang menyebabkan nyeri.

Agus mengimbau kepada jemaah agar menyimpan tenaga menuju puncak Armuzna.

"Nanti kalau kakinya kram, segala macam nanti pada saat Armuzna malah tidak bisa maksimal untuk berhajinya di Wukuf Arafah. Karena nanti Wukuf Arafah itu berat," ujarnya.

"Tantangan pertama adalah cuacanya panas, kemudian ketersediaan tenda juga tidak terlalu besar, waktu istirahat kurang, sehingga menimbulkan kelelahan," katanya.

Syib Amir memang salah satu terminal terbesar yang menyediakan transportasi bagi jemaah haji Indonesia. Pada tahun 2024, Kemenag memfasilitasi jemaah haji dengan 450 bus Sholawat, 76 halte, dan 22 rute.

Bus ini akan beroperasi selama 24 jam dan memiliki lima wilayah pemondokan jemaah haji Indonesia, yaitu di Syisyah, Raudhah, Jarwal, Misfalah, dan Rei Bakhsy.

Imbauan pelaksanaan umrah wajib jamaah calon haji

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) mendorong kursi roda seorang calon haji Indonesia di Makkah, Arab Saudi, Selasa (4/6/2024). Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Daker Makkah mengimbau bagi jamaah calon haji Indonesia yang tiba di Makkah pada 06.00 hingga 17.00 waktu Arab Saudi (WAS) untuk melaksanakan umrah wajib pada 22.00 WAS, sementara yang tiba pukul 18.00 hingga 05.00 WAS dapat melaksanakannya pada 09.00 WAS dalam rangka menjaga kesehatan jamaah serta menghindari kepadatan di Masjidil Haram. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.

Kurangi Aktivitas Siang Hari

Sebelumnya, Anggota Media Center Kementerian Agama, Widi Dwinanda, mengimbau agar jemaah mengurangi aktivitas siang hari menjelang puncak ibadah pada 15 Juni 2024 nanti.

Menurut dia, momentum menjalani puncak haji di Arafah, Muzdalifah, Mina dan lempar jumrah, menuntut kesiapan prima khususnya ketahanan fisik yang menjadi salah satu prasyarat jemaah dapat menjalankan tahapan Armuzna dengan lancar.

"Masa menunggu puncak haji tersebut, selain mendalami manasik haji, banyak jemaah yang memanfaatkan waktu tersebut untuk tawaf sunah atau ibadah umrah, bahkan sebagian jemaah melakukan umrah hingga berkali-kali," kata Widi.

Widi menjelaskan aktivitas tawaf sunah dan umrah berkali-kali dapat memicu ketahanan fisik melemah, dan rentan penyakit bawaan (komorbid) kambuh pada saat puncak haji mendatang.

"Karenanya, jemaah diimbau untuk membatasi ibadah umrah dan aktivitas ibadah sunah yang berpotensi menguras energi," ucap Widi.

PPIH, khususnya yang menangani jemaah lansia dan disabilitas, serta tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama Pada Jemaah Haji (PKP3JH) secara reguler melakukan visitasi dan edukasi jemaah ke setiap sektor terkait pelaksanaan safari wukuf dan tanazul jemaah lansia dan disabilitas.

"Intensifikasi sosialisasi dan edukasi tentang pelaksanaan safari wukuf dan tanazul ini diharapkan dapat mendorong jemaah serta perangkat kloter mempersiapkan diri dengan baik mengikuti tahapan Armuzna mendatang," kata Widi.