News - Pembaca mungkin pernah mendengar satu candi yang sekilas mirip dengan Chichen Itza di Meksiko, yakni Candi Sukuh. Beberapa tahun ke belakang, muncul berbagai dugaan yang menghubung-hubungkan keduanya.

Lain itu, hal yang juga menjadi kontroversial dari Candi Sukuh adalah sering dianggap sebagai “candi porno”. Di hampir setiap sudut candi ini memang terdapat sejumlah relief maupun arca yang menggambarkan alat kelamin pria dan ada yang menggambarkan adegan persetubuhan.

Sejumlah kalangan percaya, beberapa objek arkeologi berbentuk phallus itu apabila disentuh akan menambah daya kesuburan seseorang—utamanya perempuan yang ingin mengandung.

Di luar berbagai "kegaduhan" yang ditimbulkan, sejak masa kolonial kaum orientalis maupun arkeolog telah menaruh perhatian lebih terhadap Candi Sukuh yang pertama kali dikenal dalam laporan Residen Johnson dari Surakarta pada tahun 1815.

Namun demikian, keberadaan Candi Sukuh menjadi populer di kalangan peneliti ketika Thomas Stamford Raffles dari Inggris melaporkan keberadaan candi tersebut dalam karyanya yang berjudul The History of Java (1817).

Sementara penanggalan eksistensi Candi Sukuh pertama kali dibicarakan oleh Martha A. Muusses dalam De Soekoeh Opschriften (1923). Ia berhasil menerjemahkan kode kronogram (candrasengkala) candi ini yang berbunyi: “gapura buta mangan wong” atau 1359 Ś (1437 Masehi). Temuan Muusses mengindikasikan bahwa candi ini didirikan pada akhir zaman Kerajaan Majapahit atau periode keruntuhannya.