News - Pada setiap momen peringatan Kemerdekaan Indonesia, foto-foto bidikan Frans Mendur hampir selalu dimunculkan kembali di berbagai media. Foto-foto itu mengabadikan momen-momen saat Proklamasi Kemerdekaan di Pegangsaan Timur pada 17 Agustus 1945. Di antara foto-foto itu menangkap momen Sukarno didampingi Mohammad Hatta membacakan Teks Proklamasi kemerdekaan.

Ada pula foto saat Sukarno memimpin doa dan, yang tak kalah penting, foto pengibaran bendera merah-putih. Untuk foto yang disebutkan terakhir, ada peran besar dari Fatmawati, istri Sukarno.

Bendera yang berkibar saat Proklamasi Kemerdekaan itu merupakan bendera yang dijahit oleh Fatmawati. Itu adalah pengetahuan umum yang telah banyak orang Indonesia ketahui. Namun, bagaimana dengan cerita sebelum dan setelahnya?

Lalu, mengapa yang dijahit Fatmawati adalah warna merah dan putih? Dari mana inspirasi dwiwarna itu berasal? Berikut kisahnya.

Dwiwarna dalam Lintasan Zaman

Dwiwarna warna yang digunakan sebagai bendera Indonesia punya asal-usul yang panjang menurut beberapa ahli dan tokoh. Kendati demikian, sejarah itu masih diliputi banyak perdebatan.

Mohammad Yamin, misalnya, mencoba mengurai sejarah bendera dwiwarna dalam bukunya 6000 Tahun Sang Merah Putih (1951). Yamin melacaknya hingga ke masa prasejarah dan menelurkan dugaan bahwa warna merah merupakan representasi matahari, sementara putih merepresentasikan bulan.

Ada pula arkeolog Daud Aris Tanudirjo yang menulis buku Inspirasi Majapahit (2014). Seturut studinya, warna merah-putih pernah digunakan pada masa kejayaan Majapahit. Lebih tepatnya, ia digunakan sebagai warna panji dari Hayam Wuruk, raja terbesar Majapahit.

Jejak sejarah penggunaan bendera dwiwarna yang paling jelas diketahui pada awal abad ke-20. Itulah masa ketika organisasi-organisasi pergerakan nasional bermekaran.