News - Osteoporosisadalah salah satu penyakit yang sering disebut sebagai silent disease lantaran proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan, terutama pada penderita osteoporosis senilis.

Selain itu, pada beberapa kasus, proses kepadatan tulang juga bisa berkurang secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari maupun tanpa disertai gejala.

Dilansir dari laman Dinkes Provinsi NTB, osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos.

Sehingga, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa penurunan massa tulang disertai penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan pada tulang (Tandra, 2009).

Dokter spesialis tulang dari RS Medistra dr. Kiki Novito, Sp.OT mengatakan bahwa pengeroposan tulang atau osteoporosis ternyata akan lebih rentan menyerang perempuan daripada laki-laki.

Sebab, menurutnya hal ini disebabkan karena pengaruh hormonal saat seorang perempuan mengalami menopause atau berakhirnya siklus menstruasi yang biasanya terjadi saat memasuki usia 45 hingga 55 tahun.

"Osteoporosis itu pada perempuan bisa terjadi lebih cepat, karena adanya perubahan hormonal saat menopause," ujar Kiki seperti dilansir dari Antara.

Diketahui, osteoporosis merupakan suatu kondisi tulang yang melemah, rapuh, dan berisiko tinggi untuk patah. Biasanya, patah tulang karena osteoporosis paling sering terjadi pada tulang belakang, pergelangan tangan, pangkal lengan, dan panggul.

Kiki menjelaskan bahwa sebenarnya, tulang manusia mengalami remodeling atau pergantian tulang yang sudah tua menjadi tulang yang baru. Menurut Kiki, proses yang terjadi seumur hidup itu sangat dipengaruhi oleh hormon seks yakni estrogen pada perempuan dan testosteron pada laki-laki.

"Pada perempuan, proses remodeling tulang itu sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Sedangkan kalau pria kan hormon seksnya bertahan lebih lama, bisa sampai umur di atas 65 atau 70. Sehingga pada perempuan, osteoporosis itu lebih cepat (menyerang)," jelas Kiki.

Namun, Kiki juga mengingatkan bahwa hormon seks bukan satu-satunya yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mengalami osteoporosis.

Menurutnya, osteoporosis juga dapat dipengaruhi oleh gaya hidup tidak sehat seperti kurang bergerak, memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol, dan kurang mengonsumsi kalsium dan vitamin D. Selain itu, lanjut dia, ada pula faktor penyebab osteoporosis yang tak bisa dihindari yaitu pengaruh genetik.

Kiki pun menjelaskan ada beberapa terapi osteoporosis yang dapat dilakukan. Di antaranya, latihan beban untuk memicu kerja sel yang berfungsi membentuk tulang sehingga dapat mencegah tulang menjadi lemah.

"Belum ataupun sudah didiagnosa osteoporosis, mesti lakukan latihan beban. Jadi enggak boleh hanya cukup berenang saja atau main sepeda statis saja, tapi harus ada unsur jalan, ada unsur main beban," ujar Kiki.