News - Apapun masalahnya, bantuan sosial (bansos) selalu dianggap ujung tombak oleh pemerintah dalam mengatasi pelbagai persoalan, termasuk penurunan jumlah kelas menengah.
Jumlah penduduk kelas menengah pada 2024 turun menjadi 47,85 juta jiwa atau sekitar 17,13 persen dari total populasi Indonesia. Penurunan ini terlihat jika dibandingkan periode sebelum pandemi Covid-19.
Pada 2019, porsi penduduk kelas menengah masih sebesar 21,45 persen atau sekitar 57,33 juta jiwa dan turun menjadi 19,82 persen (53,83 juta jiwa) pada 2021.
"Berbagai bansos sekarang kami gelontorkan, kemudian memperluas angkatan kerja. Itulah langkah kami agar kami [bisa] dorong lagi mereka untuk naik ke kelas menengah," kata Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, di Plaza BP Jamsostek, Jakarta, Kamis (12/9/2024).
Niat pemerintah memberikan bansos kepada kelas menengah bisa dipahami Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet. Menurutnya, karena selama ini bansos umumnya hanya diberikan pada kelompok kategori pendapatan bawah atau masyarakat miskin. Sementara penyaluran bansos untuk kelompok kelas menengah hanya terjadi ketika pandemi Covid-19.
“Saat itu (pandemi Covid-19) pemerintah memperluas stimulus tidak hanya terbatas pada kelompok pendapatan bawah, tetapi juga kepada kelompok pendapatan menengah,” ujarnya kepada Tirto, Jumat (13/9/2024).
Menurut Yusuf, pemberian bansos pada nominal tertentu akan memberikan tambahan daya beli untuk kelompok pendapatan menengah, sehingga mereka bisa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi.
Pemberian bansos, tambahnya, juga dapat menopang pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara umum dan muaranya bisa berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.
Namun masalahnya, jika pemerintah mengggelontorkan bansos kepada kelas menengah, apakah itu adil? Masalah bansos yang tujuannya adalah untuk membantu masyarakat kelas menengah dikhawatirkan memicu persoalan baru. Dengan kata lain memberikan bantuan kepada kelas menengah, namun mengabaikan hak-hak masyarakat miskin.
Terkini Lainnya
Tak Selesaikan Akar Masalah
Butuh Kebijakan Komprehensif Jangka Panjang
Subsidi dan Perluasan Lapangan Kerja
Artikel Terkait
Sri Mulyani: Sebagian Kelas Menengah Turun Kelas karena Inflasi
Kemensos Berencana Tambah Bansos untuk Kelas Menengah di 2025
Wamenkeu II: Penurunan Kelas Menengah Jadi PR Pemerintahan Baru
Ekonom Indef: Penurunan Kelas Menengah Sudah Tampak Sejak 1995
Populer
Mahasiswi Untar Diduga Bunuh Diri Loncat dari Gedung Kampus
Kapolres Boyolali Meninggal Dunia usai Alami Kecelakaan
Potret Buram Kondisi Pertanian & Pekerja Tani di Indonesia
Dharma Sebut Pandemi COVID Agenda Asing: Kenapa Bukan Taufik?
Pramono Sebut Jabar Belum Ramah Disabilitas, RK: Saya Minta Maaf
MenPAN-RB Ungkap Update Terbaru Nasib Gaji Tunggal PNS
Srimul: 11 Juta Lapangan Kerja Tercipta di Tengah Isu Banyak PHK
Dharma Akui Jadi Bos BSSN Berkat Pramono & Dukung Jadi Presiden
Flash News
Kemenag Pastikan KUA Tolak Melayani Pernikahan di Bawah Umur
Pramono Janjikan Warga Kedoya Jaminan Kampungnya Tak Digusur
Dasco Ungkap akan Ada Badan Aspirasi Rakyat di DPR RI
Kemenag Belum Diajak Bicara soal Pembentukan Kementerian Haji
Kemenag Pilih Tak Intervensi Pesantren soal Kasus Kekerasan
Hakim PN Semarang Tak Ikut Cuti Bersama Perjuangkan Hak
Gerindra Pastikan Keppres Pemindahan IKN akan Diteken Prabowo
Kemenag akan Gelar Religion Festival di Jiexpo pada 9 Oktober
Minus Rumah Dinas, Tunjangan Anggota DPR Bisa di Atas Rp70 Juta
Program Jaringan Asmara ala Pramono demi Tampung Aspirasi Warga
Soal Kartu Kamu ala RK, Pramono: Sudah Terlalu Banyak Banget
DPR Mengeluh Rumah Dinas Kerap Kemasukan Tikus dan Atap Bocor
Rumah Dinas DPR di Kalibata Masih Dapat Perawatan & Layak Huni
Orang Dekat Gubernur Kalimantan Selatan Diduga Ikut Kena OTT KPK
Dewan Pers: Penganiayaan Pimred Floresa Pelanggaran Serius