News - Delapan tahun silam, sebuah serangan siber menimpa Bank Sentral Bangladesh. Uang yang melayang gara-gara serangan itu mencapai US$81 juta. Perampokan itu bahkan tercatat sebagai perampokan bank dengan nilai terbesar ketiga sepanjang sejarah—hanya kalah dari perampokan Bank Sentral Irak pada 2003 (US$1 miliar) dan perampokan Bank Dar Es Salaam di Tanzania pada 2007 (US$282 juta).
Meski demikian, Bank Sentral Bangladesh bisa dikatakan masih beruntung. Sebab, seperti yang dilaporkan Reuters, para peretas sebenarnya berniat mencuri hingga US$1 miliar.
Seturut pemberitaan, para peretas tersebut mendobrak sistem keamanan digital Bank Sentral Bangladesh dan mencuri kredensial untuk transfer uang. Mereka kemudian mengirimkan sekitar tiga lusin permintaan transfer ke Federal Reserve Bank di New York untuk memindahkan uang dari rekening Bank Sentral Bangladesh ke Filipina dan Sri Lanka.
Dari tiga lusin permintaan transfer itu, hanya empat yang akhirnya dikabulkan. Sebab, pada permintaan transfer kelima yang bernilai US$20 juta yang dialamatkan ke sebuah organisasi nirlaba Sri Lanka, sebuah typo (saltik) membuat para petugas bank curiga. Nama organisasi nirlaba yang dimaksud adalah Shalika Foundation. Namun, yang tertera dalam permintaan transfer adalah "Shalika Fandation".
Sebetulnya, transfer tersebut sudah hampir berhasil karena dana sudah sampai ke Pan Asia Banking Corp. Namun, bank yang berbasis di Sri Lanka itu kemudian meminta verifikasi kepada Deutsche Bank (selaku routing bank) lantaran nilai transfer tersebut dianggap tidak wajar.
"Nilainya terlalu besar untuk ukuran negara kami," ujar seorang staf, dikutip dari Reuters.
Akhirnya, Deutsche Bank pun mengecek kembali permintaan transfer tadi dan menyimpulkan bahwa transaksi ini memang mencurigakan. Di saat yang hampir bersamaan, Federal Reserve pun mencurigai permintaan transfer ini karena rekening yang dituju adalah milik pribadi, bukan ke bank lain. Padahal, rekening milik Bank Sentral Bangladesh di Federal Reserve diperuntukkan untuk membayar utang-utang negara.
Pihak terkait lantas melakukan penyelidikan dan dengan segera menemukan permintaan-permintaan transfer lainnya yang belum sempat diproses. Belakangan, diketahui bahwa serangan siber itu memang berasal dari luar Bangladesh.
Namun, para pelaku telah mempelajari betul kelemahan-kelemahan dalam sistem Bank Sentral Bangladesh sehingga bisa melancarkan serangan yang nyaris berhasil sepenuhnya jika saja tidak ada typo.
Terkini Lainnya
Saltik yang Menyebalkan
Artikel Terkait
Prospek Cerah Perusahaan Rintisan Berbasis AI di Indonesia
Sistem Kepemilikan Gim Digital: Membeli Bukan Berarti Memiliki
Apa itu Aplikasi Koin Jagat? Penghasil Uang yang Viral di TikTok
Cara Menghapus Thread di Bio IG Tanpa Hapus Akun Instagram
Populer
Era Bakar Uang Meredup, Startup Unicorn Berjuang Agar Tak Lenyap
Pengundian Lapak Teras Malioboro 2 di Beskalan Dinilai Curang
PT KAI Memberlakukan Gapeka 2025 per 1 Februari 2025
Tak Cuma bagi Lansia, Gelombang Panas juga Mematikan bagi Pemuda
Sebanyak 211 PMI Bermasalah Dipulangkan dari Arab Saudi
Materi Pendidikan Pancasila Kelas 5 Kurikulum Merdeka Semester 2
Daya Beli Lesu, Masihkah Tanggal Diskon di 2025 Menggiurkan?
16 Orang Tewas akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Los Angeles
Flash News
Omzet Kantin Sekolah Turun, Pemprov Jakarta Janji Evaluasi MBG
Makam Korban Dugaan Penganiayaan Polisi di Jogja Dibongkar
Kemenag Terus Lobi Arab Saudi agar Kuota Petugas Haji Bertambah
Polisi Akan Periksa Kejiwaan Pasutri yang Gelar Pesta Seks
16 Orang Tewas akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Los Angeles
Polisi: Bentrok di Ambon Dipicu Balap Liar & Mabuk, Bukan SARA
PT KAI Memberlakukan Gapeka 2025 per 1 Februari 2025
Kluivert Beri Sinyal Jairo Riedewald Bakal Segera Gabung Timnas
Sebanyak 211 PMI Bermasalah Dipulangkan dari Arab Saudi
Polresta Jogja Benarkan Anggotanya jadi Terlapor Penganiayaan
Pengundian Lapak Teras Malioboro 2 di Beskalan Dinilai Curang
Cak Imin Nilai Tak Perlu Libur Sekolah Sebulan saat Ramadan
Penggeledahan terkait Korupsi Taspen, KPK Sita Uang Rp300 Juta
Cak Imin Minta Evaluasi Guru yang Hukum Siswa Belum Bayar SPP
Raffi Ahmad Benarkan Mobil Pelat RI 36 Kendaraan Dinas Miliknya