News - Pada pertengahan tahun lalu perbincangan soal vaksin kembali mengemuka. Musababnya adalah dua putri aktor Oki Setiana Dewi mengalami demam tinggi karena terinfeksi virus campak. Diduga Oki tak memvaksin kedua putrinya. Oki sendiri lalu disebut-sebut antivaksin.

Persoalan vaksinasi memang ramai diperbincangkan. Kali ini tentang banyaknya orang yang enggan anaknya diimunisasi karena alasan bahan-bahan vaksin yang disebut-sebut berasal dari lemak babi.

Terlepas dari dua fenomena itu, topik vaksinasi memang kontrovesial sejak dulu kala. Gerakan antivaksin sebenarnya telah ada sejak sekira pertengahan abad ke-19 dan lalu kian masif sejak Dokter Andrew Wakefield menerbitkan temuannya di jurnal medis prestisius The Lancet pada 1998. Di situ Wakefield menyebut adanya hubungan antara autisme dan vaksinasi.

Temuan Wakefield itu kemudian dibantah dan terbukti direkayasa. Jurnalis Brian Deer dari London Sunday Times menulis bahwa Wakefield disuap oleh seorang yang berwenang untuk membikin pembuktian bahwa vaksin itu berbahaya.

Skandal itu kini bercampur baur dengan argumen-argumen pseudo-sains seperti vaksin adalah racun dan konspirasi tentang pengurangan populasi di dunia. Dan kini, argumen-argumen pseudo-sains dan hoaks itu dipercayai banyak orang. Konsekuensinya cukup serius: penyakit-penyakit menular yang semestinya sudah dapat ditekan penyebarannya kini bangkit lagi.