News - Sabtu, 28 Februari 1942. Madiun sebentar lagi ditelan gelap, ketika sebuah pesawat De Havilland Mosquito milik RAF (Angkatan Udara Kerajaan Inggris) mendarat terburu-buru di Lapangan Udara Maospati. Begitu mendarat, tetiba ban bagian depan pecah, pesawat terbalik. Beruntung sang pilot masih bisa diselamatkan.

“Rupanya dia seorang 'Wing-Commander' Inggris yang dengan jalan memutar telah melarikan diri dari Singapura,” ungkap Letnan Edward J. Magee dalam buku Selamat Berpisah, Sampai Berjumpa di Saat yang Lebih Baik (Dokumenter Runtuhnya Hindia Belanda) karya J.C. Bijkerk.

Letnan Edward yang merupakan opsir pembidik bom dari Amerika Serikat yang sedang bertugas di Jawa, lantas menyarankan opsir RAF itu untuk bergabung dengan mereka. Alih-alih menerima usul, dia malah meminta pesawat pembom A24 digunakan menghajar Jepang. Permintaan itu dikabulkan. Dengan mengendarai pesawat tukik tua tersebut, dia lantas bergerak ke arah utara, menuju kapal-kapal pengangkut serdadu Jepang di Pantai Kragan, Rembang.

“Sudah jelas, orang itu tak akan pernah kembali…” kenang Edward.