News - Selain di darat, tinggalan sejarah juga banyak terdapat di bawah air. Bentuknya beraneka rupa, dari keramik hingga bangkai kapal.

Sejumlah kapal yang tenggelam, tak hanya rusak karena sentuhan alam, tapi juga karena ulah manusia. Kasus yang marak ditemui adalah pencurian rongsokan besi kapal, terutama yang berasal dari masa Perang Dunia II.

Beberapa tahun lalu, hilangnya rangka kapal Belanda yang tenggelam di Laut Jawa menguar ke permukaan. Hal ini diketahui setelah Karel Doorman Fonds mengirimkan penyelam untuk melihat kondisi terakhir HNLMS Java dan HNLMS De Ruyter.

Saat seorang penyelam tiba di lokasi tenggelamnya HNMLS De Ruyter, ia tak melihat bangkai kapal itu. Pete Maisle, penyelam itu, hanya melihat cerukan di dasar laut yang menjadi tanda pernah ada jejak kapal. Lokasi tenggelamnya HNLMS Java dan HNLMS De Ruyter di perairan dekat Pulau Bawean.

Rangka kapal Belanda yang dimaksud adalah kapal-kapal yang terlibat dalam Pertempuran Laut Jawa yang terjadi pada 27 Februari 1942. Pertempuran ini melibatkan Angkatan Laut sekutu dengan Angkatan Laut Jepang.

Hilangnya rangka kapal-kapal itu mendapat perhatian serius dari pemerintah Kerajaan Belanda. Hal itu tidak terlepas dari nilai historis.

"Dalam dunia internasional, semua kapal perang yang karam lazimnya dianggap sebagai 'kuburan perang'. Hal ini tidak didasarkan pada peraturan internasional, tetapi berdasarkan aturan tidak tertulis pergaulan antar bangsa," tulis Dwi Kurnia Sandy, Salma Fitri Kusumastuti, dkk "Permasalahan Bangkai Kapal Perang II di Perairan Indonesia" yang terbit pada Walennae: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara (Vol. 20, No. 1, 2020).