News - Keterampilan sosial perlu dibangun sejak anak berusia dini. Keterampilan sosial juga diperlukan anak untuk melakukan interaksi sosial di kehidupan sehari-harinya.

Selain itu, keterampilan sosial merupakan bekal anak untuk menghadapi masa depannya di kemudian hari.

Menurut American Psychological Association (APA), keterampilan sosial adalah seperangkat kemampuan yang dipelajari yang memungkinkan seseorang untuk berinteraksi secara kompeten dan tepat dalam konteks sosial tertentu.

Keterampilan sosial yang paling umum diidentifikasi dalam budaya Barat termasuk ketegasan, mengatasi, komunikasi dan keterampilan membuat persahabatan, pemecahan masalah interpersonal, dan kemampuan untuk mengatur kognisi, perasaan, dan perilaku seseorang.

Dikutip laman Child Development, keterampilan sosial sangat penting bagi seseorang agar dapat memiliki dan mempertahankan interaksi positif dengan orang lain.

Interaksi sosial tidak selalu berjalan mulus dan seorang individu harus mampu menerapkan strategi yang tepat, seperti penyelesaian konflik ketika timbul kesulitan dalam interaksi.

Penting juga bagi individu untuk memiliki rasa 'empati' (yaitu mampu menempatkan diri pada posisi orang lain dan mengenali perasaan mereka) karena hal itu memungkinkan mereka untuk menanggapi dengan pengertian dan cara peduli terhadap perasaan orang lain.

Mengingat betapa pentingnya keterampilan sosial bagi setiap individu. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk membangun keterampilan sosial anak sejak dini.

Cara Membangun Keterampilan Sosial Anak

Situs Very Well amily menulis ada tujuh cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membangun keterampilan sosial pada anak termasuk dengan cara berbagi, bekerja sama, mendengarkan, mengikuti arahan, menghormati ruang pribadi, melakukan kontak mata, hingga bertata karma. Berikut penjelasannya.

1. Berbagi

Ilustrasi Anak Berkebun

Ilustrasi anak bermain bersama temannya. foto/istockphoto

Kesediaan untuk berbagi makanan ringan atau mainan dapat sangat membantu anak-anak menjalin dan mempertahankan pertemanan.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Psychological Science, anak-anak berusia 2 tahun mungkin menunjukkan keinginan untuk berbagi dengan orang lain. Namun biasanya hanya ketika memiliki barang atau sesuatu yang berlimpah.

Kemudian, pada anak-anak berusia antara 3 dan 6 tahun sering bersikap egois dalam hal berbagi. Anak-anak mungkin enggan berbagi setengah dari kue mereka dengan teman karena itu berarti mereka akan kurang menikmati.

Pada usia ini anak-anak akan cenderung mudah berbagi mainan yang tidak lagi mereka minati.

Pada usia 7 atau 8 tahun, anak-anak menjadi lebih mementingkan keadilan dan lebih bersedia untuk berbagi.

Anak-anak yang merasa nyaman dengan dirinya sendiri seringkali lebih cenderung suka berbagi dan membantu orang lain. Mengajari anak-anak untuk berbagi dapat membantu meningkatkan harga diri mereka.

2. Bekerja sama

KAMPUNG RAMAH ANAK

Anak-anak bermain wayang di kampung Joho, Manahan, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (3/3).ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Anak-anak yang bekerja sama akan menghormati saat orang lain mengajukan permintaan. Mereka juga berkontribusi, berpartisipasi, dan membantu.

Keterampilan kerja sama yang baik sangat penting untuk berhasil bergaul dalam komunitas. Anak perlu bekerja sama dengan teman sekelas di taman bermain dan juga di kelas. Kerja sama juga sangat penting bagi mereka ketika dewasa.

Pada usia sekitar 3 1/2 tahun, anak kecil dapat mulai bekerja dengan teman sebayanya untuk mencapai tujuan bersama.

Untuk anak-anak, kerja sama dapat melibatkan apa saja mulai dari membangun menara mainan bersama hingga memainkan permainan yang mengharuskan setiap orang untuk berpartisipasi.

Bagian dari kerja sama juga berarti berlatih ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan. Anak-anak akan belajar bahwa merayakan kesuksesan orang lain tidak mengurangi nilai mereka.

Dalam hal kerja sama dan kolaborasi, beberapa anak mungkin mengambil posisi kepemimpinan sementara yang lain akan merasa lebih nyaman mengikuti instruksi.

Apa pun itu, kerja sama adalah peluang besar bagi anak-anak untuk belajar lebih banyak tentang diri mereka sendiri dan cara terbaik mereka berfungsi dalam kelompok.

3. Mendengarkan

Ilustrasi Tradisi Lisan

Ilustrasi Ibu berbicara dengan putri kecil dan membahas sejarah. FOTO/iStockphoto

Mendengarkan bukan hanya tentang berdiam diri, itu berarti menyerap apa yang dikatakan orang lain. Mendengarkan juga merupakan komponen penting dari komunikasi yang sehat.

Lagi pula, sebagian besar pembelajaran di sekolah bergantung pada kemampuan anak untuk mendengarkan apa yang dikatakan guru.

Menyerap materi, membuat catatan, dan memikirkan apa yang dikatakan menjadi lebih penting saat anak berkembang secara akademis. Memberi anak banyak kesempatan untuk berlatih mendengarkan dapat memperkuat keterampilan ini.

Mendengarkan juga merupakan bagian penting dalam mengembangkan empati. Seorang anak tidak dapat menunjukkan kasih sayang atau menawarkan dukungan kepada orang lain tanpa terlebih dahulu mendengarkan dan memahami apa yang dikatakan orang lain.

Penting agar anak tumbuh dengan mengetahui cara mendengarkan orang yang lebih tua, orang yang disayangi, dan teman.

4. Mengikuti arahan

Ilustrasi orang tua mengajari anak

Ilustrasi orang tua mengajari anak. FOTO/iStockphoto

Anak-anak yang berjuang untuk mengikuti arahan cenderung mengalami berbagai konsekuensi. Dari harus mengulang tugas pekerjaan rumah hingga mendapat masalah karena perilaku buruk, tidak mengikuti arahan bisa menjadi masalah besar.

Orang tua dapat mencoba menginstruksikan anak untuk membersihkan kamar mereka dan memberitahukan arahan yang perlu anak lakukan.

Namun, sebelum mengharapkan anak pandai mengikuti arahan, penting bagi orang tua untuk mahir dalam memberikan arahan. Untuk memberikan arahan yang baik dan menghindari kesalahan umum, ikuti strategi ini.

  • Beri anak satu arah pada satu waktu. Alih-alih mengatakan, “Ambil sepatumu, simpan bukumu, dan cuci tanganmu,” tunggu sampai sepatunya diambil sebelum memberikan perintah selanjutnya.
  • Hindari mengungkapkan arahan sebagai pertanyaan. Bertanya, "Maukah Anda mengambil mainan Anda sekarang?" menyiratkan bahwa anak memiliki pilihan untuk mengatakan tidak. Setelah memberikan arahan kepada anak, minta mereka mengulangi apa yang orang tua katakan. Tanyakan, "Apa yang harus Anda lakukan sekarang?" dan tunggu mereka menjelaskan apa yang telah mereka dengar.
  • Ingatlah bahwa kesalahan itu normal. Wajar jika anak kecil terganggu, berperilaku impulsif, atau lupa apa yang seharusnya mereka lakukan. Lihat setiap kesalahan sebagai kesempatan untuk membantu mereka mempertajam keterampilan mereka.
5. Menghormati Ruang Pribadi

Ilustrasi Privasi Anak

Ilustrasi orang tua yang berbincang intim bersama anaknya. Getty Image/iStockphoto

Beberapa anak suka berinteraksi dengan cara berdekatan. Anak mungkin saja dengan polosnya merangkak ke pangkuan kenalan tanpa tahu bahwa itu membuat mereka merasa tidak nyaman. Penting untuk mengajari anak cara menghargai ruang pribadi orang lain.

Buat aturan rumah tangga yang mendorong anak untuk menghormati ruang pribadi orang lain. Salah satu contoh dasar yang dapat diterapkan adalah mengajarkan anak untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan yang tertutup.

Jika anak mengambil barang dari tangan orang lain atau mendorong saat tidak sabar, tentukan konsekuensinya. Jika anak berdiri terlalu dekat dengan orang saat berbicara, gunakan itu sebagai momen pembelajaran.

6. Melakukan Kontak Mata

Ilustrasi orangtua berbicara dengan anak

Ilustrasi orangtua berbicara dengan anak. FOTO/iStockphoto

Kontak mata yang baik adalah bagian penting dari komunikasi. Beberapa anak kesulitan untuk melihat orang yang mereka ajak bicara. Ini mungkin karena anak merasa malu atau teralihkan dengan aktvitas lainnya. Tekankan kepada anak tentang pentingnya kontak mata yang baik.

Jika anak kesulitan melakukan kontak mata, tawarkan pengingat cepat setelah kejadian tersebut.

Dengan suara lembut, tanyakan, “Ke mana mata Anda harus diarahkan ketika seseorang sedang berbicara dengan Anda?” Orang tua tentu tidak ingin menimbulkan cemas pada anak yang pemalu. Dan, berikan pujian saat anak ingat untuk melihat orang saat sedang berbicara.

7. Tata Krama

Ilustrasi Ayah dan anak

Ilustrasi Ayah dan anak. foto/Istockphoto

Biasakan anak untuk selalu bertata krama seperti mengucapkan tolong dan terima kasih. Bagaimana intonasi berbicara dengan orang yang lebih tua.

Penting bagi anak-anak untuk mengetahui bagaimana bersikap sopan dan hormat terutama saat mereka berada di rumah orang lain atau di sekolah.

Ini juga termasuk mengajarkan mereka bersikap dengan sopan saat makan dan di segala aspek kehidupan.

Mengajarkan tata krama merupakan hal yang cukup sulit karena memerlukan kesabaran dan kedisiplinan.

Infografik SC Keterampilan Sosial Anak

Infografik SC Keterampilan Sosial Anak. News/Fuad