News - Membangun komunikasi dengan anak menjadi tantangan tersendiri pagi para orang tua, karena pola komunikasi antara orang tua dan anak akan memengaruhi tumbuh kembang anak serta akan terbawa hingga ia dewasa.

Menurut Psikolog anak Dian Nirmala, budaya pola komunikasi orangtua dan anak di Indonesia umumnya tidak terbiasa untuk menyampaikan pendapat secara langsung.

"Di Indonesia itu budayanya enggak pernah langsung terbuka untuk ngomong ke masalah intinya apa, harus basa-basi dulu, ngomong hal lain dulu, ngomong masalah orang lain dulu," ujar Dian seperti dilansir dari Antara.

Padahal, kata Dian, jika komunikasi lancar, anak akan percaya diri, kreatif dan berani mencoba berbagai tantangan. Sebaliknya, jika komunikasi tidak berjalan dengan lancar maka akan muncul kesalahpahaman, salah menilai dan keliru dalam bersikap.

"Itu akan menimbulkan potensi masalah yang besar. Keluarga diharapkan jadi wadah untuk anak menghadapi konflik, karena di rumah itu kan biasa ada perbedaan pendapat dan pandangan. Kalau anak enggak biasa menghadapi konflik, ke depannya rentetan masalahnya akan panjang sekali," jelas Dian.

Ada 5 macam bentuk komunikasi yang dilakukan orangtua kepada anak, berikut penjelasannya seperti dikutip dari situs Sahabat Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud):

    • Komunikasi terbuka
Orangtua memposisikan dirinya sebagai seorang teman, sehingga anak akan leluasa bercerita dan mengekspresikan perasaan serta pikirannya kepada orangtua dan orangtua mau mendengarkannya juga mau memberikan pendapat jika diminta, begitu pula sebaliknya.

    • Komunikasi terapung
Orangtua dan anak melakukan komunikasi hanya untuk basa basi saja, biasanya sebuah pertanyaan yang diberikan membutuhkan jawaban yang sangat singkat. Misal, ”Adek sudah makan belum hari ini?” dan dijawab ”Sudah, Bu”, tanpa ada kelanjutan lebih mendalam.

Hal ini terjadi karena di antara keduanya tidak ada rasa untuk saling terbuka, sehingga tidak ada keinginan untuk mengetahui segala hal lebih mendalam.

    • Komunikasi cuek
Komunikasi ini terjadi apabila di antara anggota keluarga satu sama lain saling menghindar. Mereka akan berbicara dalam waktu yang singkat, bahkan pembicaraan yang belum selesai akan segera ditinggal pergi atau mengerjakan hal lain.

Dengan begitu terjadi pembicaraan yang tidak terfokus antara anak dan orangtua.

    • Komunikasi satu arah
Dalam tipe ini, biasanya terdapat satu figur yang paling mendominasi di dalam sebuah keluarga, misalnya ayah atau ibu. Figur ini yang akan menentukan kapan saja waktu anak berbicara.

Tipe komunikasi ini menuntut anak menuruti semua perintah orangtuanya. Orangtua memberikan segala hal dengan semaunya tanpa meminta pendapat atau mendengarkan anak. Dengan begitu, apabila anak memiliki keinginan, mereka jarang mengungkapkannya.

Anak akan terbayang dengan kemarahan orangtuanya, dan ini membuat anak berpeluang untuk melakukan sebuah kebohongan.

    • Silent communication
Pada tipe ini sangat jarang sekali terjadi pembicaraan di antara orangtua dan anak. Bisa jadi karena faktor kesibukan yang melanda salah satu atau keduanya.